Bank Digital

Trend dunia perbankan perlahan bergeser ke trend digital. Bank pun berlomba-lomba melakukan inovasi demi merambah trend ini. Sepengetahuan penulis, bank digital pertama yang hadir di Indonesia yakni Jenius by BTPN, kemudian disusul oleh beberapa bank digital lainnya seperti TMRW by UOB, Digibank by DBS, Bank Jago, Bank Neo Commerce, Line Bank by Hana Bank, Sea Bank (Sea Group, Shoope) dan paling terakhir blu by BCA.

Bank digital di Indonesia lahir dari bank konvensional yang berubah bentuk ke bank digital dan bank yang sejak awal dibentuk sebagai bank digital. Bank konvensional yang bertransformasi model ini semisal Jenius, Digibank, Tyme, TMRW, dan Nyala. Kemudian bank yang sejak awal diplot sebagai bank digital semisal Blu, Bank Jago, dan Line Bank. Ada yang beranggapan Bank Neo Commerce masuk ke bank yang sejak awal diplot sebagai bank digital namun penulis memasukkannya ke dalam bank konvensional yang berubah bentuk ke bank digital.

Berikut review bank digital yang dipakai penulis, semoga bisa membantu menentukan pilihan penggunaan bank digital kalian.

Jenius

            Bank digital pertama yang penulis pakai adalah Jenius. Bank yang menjadi pionir bank digital di Indonesia menarik perhatian karena fitur yang ditawarkan berbeda dengan bank konven yang penulis gunakan saat tahun 2019. Yang menjadi alasan utama migrasi ke Jenius dari Bank plat merah yang penulis gunakan saat itu bukan karna fitur yang ditawarkan tetapi dibebaskannya biaya admin bulanan, namun saat ini (per Januari 2021) akun Jenius dikenakan biaya yang namanya feesible sebesar Rp. 10.000,- setiap bulan. Banyak yang kecewa dengan pembebanan feesible ini dan sepertinya berujung meninggalkan Jenius dan beralih ke bank digital dengan layanan serupa namun tanpa beban biaya admin.
Flexi Saver, Maxi Saver & Dream Saver menjadi fitur utama dalam layanan Jenius, selain itu nasabah dapat melakukan request lebih dari satu kartu debit. Gratis transfer & tarik tunai di ATM bank lain sebanyak 25 kali. Untuk bunga yang ditawarkan kompetitif dengan bank sejenis. Diluar fitur menarik yang ditawarkan Jenius, celah kekurangan bank ini yakni akses aplikasi yang bisa dibilang sangat lambat, untuk login ke aplikasi saja membutuhkan waktu, buat kamu yang kurang sabaran disarankan tidak menjadi nasabah bank ini. Buat kamu yang tertarik jangan lupa gunakan cashtag $afriii saat kamu akan menjajal Jenius.

Bank Neo Commerce (BNC)
            
            Bank yang dulunya dikenal dengan nama Bank Yudha Bhakti (BYB) ini bertransformasi ke bank digital dengan nama Bank Neo Commerce (BNC) setelah diakuisisi oleh akulaku, dan kemudian naik kelas ke Bank Buku II. Penulis menjadi nasabah bank ini sejak masih  bernama BYB, saat menjadi nasabah aktif bank ini boleh dibilang bank ini masih sangat tertinggal dengan bank konvensional lainnya. Bisa dimaklumi, saat itu bank ini masih dikelas Bank Buku I dengan modal yang boleh dibilang belum bisa untuk memberikan layanan serupa bank lainnya.
Namun saat bertransformasi menjadi bank digital, layanan yang ditawarkan kepada nasabah tentunya lebih menarik dan beragam, semisal tanpa biaya admin bulanan, bunga yang kompetitif, aplikasi yang responsif. Tidak banyak yang bisa dikupas dari layanan bank ini. Untuk kamu yang ingin mencoba menjadi nasabah bank ini bisa lewat link berikut BNC.

Bank Jago

            Juni 2020 dari Artos menjadi Jago. Masuknya Gojek ke pemegang saham Bank Jago menjadi nilai tersendiri, menjadikannya nilai jual tentu saja. Calon nasabah biasanya melihat siapa dibelakang penyokong bank tempat mereka menyimpan dana, penulis melihat adanya peran Gojek disini, meskipun tidak signifikan, namun cukuplah untuk mendongkrak popularitinya.
Lucu, imut-imut, kesan awal saat menjajal aplikasi Bank Jago. Untuk menjadi nasabah bank ini sepenuhnya dilakukan online, tidak seperti Jenius yang masih dapat dilayani sales point di beberapa mall ataupun Bank Neo Commerce dengan cabangnya yang masih tersebar di beberapa kota di Indonesia. Pembukaan rekening Jago sangat mudah, kamu hanya perlu melengkapi data kamu dan kemudian melakukan video call dengan agent Jago untuk verifikasi. 
Mengusung tagline #JadiJago, fitur yang ditawarkan Jago tidak jauh berbeda dengan Jenius, mungkin karena orang dibelakang si "J" ini adalah orang yang sama, Jerry Ng. Namun jangan disamakan dengan akses pendahulunya yang cukup memantik emosi saat diakses, Bank Jago cukup responsif. Debit card yang ditawarkan bank ini punya design yang cukup menarik dengan aksen warna ungu dan logo J serta nama yang bisa dikutomisasi sesuai keinginan nasabah.

Kalian tertarik mencoba atau sudah menjadi nasabah salah satu bank diatas? 

Sekian, semoga bermanfaat.

Menjajal aplikasi Koprol

Nama Koprol pernah besar dikalangan pengguna media sosial indonesia. Tentu tidak setenar Facebook ataupun Twitter. Bahkan Yahoo! mengakuisisinya pada saat tenar-tenarnya. Koprol kemudian ditutup oleh Yahoo! pada 28 Agustus 2012 dan mengembalikan kepemilikan Koprol pada ketiga pendirinya, Satya Witoelar, Fajar Budiprasetyo, dan Daniel Armanto.

Terlepas dari itu, beberapa tahun kemudian muncul aplikasi dengan nama yang sama, namun bukan dihidupkan oleh ketiga pendiri Koprol yang telah diakuisisi oleh Yahoo!. Wahyu Prima Medica, begitu nama owner yang tercantum di bagian deskripsi aplikasi Koprol di Play Store. Aplikasi ini release pada 8 Agustus 2018, Versi 1.0.

Pada saat mengunduh aplikasi ini lumayan cepat, ukurannya hanya 2.9 MB. Tampilan awal aplikasi ini tidak berbeda dengan aplikasi pada umumnya, hanya saja tidak ada konektivitas ke Facebook untuk log in, yang disediakan hanya konektivitas ke Twitter.
Mencoba Sign Up, terdapat pilihan Account Type, namun saat dibuka hanya tersedia satu pilihan yakni Standar, mungkin untuk pengembangan kedepannya akan ditambahkan account type yang lain.
Dibagian ini terdapat beberapa bagian untuk diisi, semisal nama, email, kata sandi dan seterusnya. Semua wajib terisi termasuk nama asli dan nomor telepon.




Setelah semua terisi dan save, screen kemudian blank. Saat menekan tombol back, barulah kemudian muncul feed dan menu dari aplikasi ini.


Antar muka disini cukup simpel, mulai dari pilihan menu akses, permintaan pertemanan, pesan, dan notifikasi serta chat di ujung kanan.



Untuk mulai memposting atau update status, tersedia dua pilihan menulis seperti biasa ataupun mengambil gambar, namun pada saat mencoba keduanya tak ada perbedaan fungsinya.

Silahkan dicoba.

Tutup Buku Layanan Yahoo!

Sekian banyak layanan Yahoo! yang ditawarkan, beberapa telah ditutup karena faktor efisiensi, kalah bersaing dengan layanan serupa, kurang memberi kontribusi yang signifikan bagi perusahaan dan ataupun karena tidak dapat diserap pasar. Entry kali ini membahas beberapa layanan yang telah "dibunuh" oleh Yahoo!
  1. Altavista, didirikan pada tahun 1996 memberikan layanan sebagai mesin pencari, pun layanan ini memberikan layanan email gratis kepada penggunanya. Pengguna internet tahun 90an tentu tak asing dengan layanan ini. Tahun 2003 Yahoo membeli layanan altavista ini dan kemudian menutupnya pada tahun 2013.
  2.  Yahoo! Meme, Layanan yahoo yang satu ini memang kurang populer, dalam bahasa Indonesia layanan ini dikenal dengan nama Yahoo! Mim. Layanan yang ditawarkan layaknya twitter, pengguna dapa mengunggah tulisan maupun gambar ke postingan mereka. Diluncurkan pada tahun 2009,  selanjutnya tahun 2012 ditutup.
  3. Koprol, jejaring sosial  asli Indonesia yang dikembangkan Satya Witoelar, Fajar Budiprasetyo & Daniel Armanto mirip dengan layanan foursquare (4sq), yang berbasis lokasi. Awal didirikan pada tahun 2008 cukup menarik perhatian pengguna internet. Yahoo! kemudian mengakuisisi Koprol pada tahun 2010, pun para pendiri Koprol ditarik dan kemudian menjadi bagian dari Yahoo! Indonesia. Sepertinya harapan Yahoo terhadap Koprol berbuah kekecewaan, layanan ini tidak memberi kontribusi yang mumpuni bagi perusahaan yang berimbas pada penutupannya pada tahun 2012.
  4. Yang paling anyar, ditutupnya layanan Yahoo! Messenger. 17 Juli 2018, satu lagi layanan Yahoo! yang ditutup yakni Yahoo Messenger atau yang lebih populer dengan nama YM. Setelah bertahan selama 20 tahun, akhirnya YM pun ikut "dibunuh" oleh sang empunya. Pertama diluncurkan dengan nama Yahoo! Pager pada Maret 1998, kemudian berkembang dan beralih nama menjadi Yahoo Messenger. Kurangnya inovasi yang ditanamkan ke YM menjadikannya kalah dari pesaing yang banyak bermunculan, dan akhirnya perlahan ditinggalkan pengguna.
  5. Bukan hanya layanan yang ditutup, Yahoo pun turut menutup kantornya di indonesia. Tahun 2014 kantor Yahoo! Indonesia resmi ditutup. Meski kantor tutup namun layanan untuk pengguna Indonesia tetap dilanjutkan dalam kendali tim Yahoo yang ada di Singapura.

TELANJANG DISOSIAL MEDIA

Twitter, Facebook, Path, Google+, dan masih banyak lainnya sampai ke messenger BBM, Whatsapp, Line dan seterusnya saat ini menjadi lebih penting seperti halnya kebutuhan pokok. Menjadi nyawa begitu banyak orang, menjadi penghubung keseharian orang-orang modern. 

"Status" menjadi bagian terpenting dari penggunaan social media. Apapun yang dilakukan, apapun yang dirasakan semua dishare. Sedang bermasalah dishare, sedang bahagia dishare, bahkan yang paling sering terjadi membuat status saat sedang ibadah.

Mengumbar semua hal ke social media bukanlah hal yang bijak, menggunakan social media butuh etika layaknya dikehidupan nyata. Apakah anda rela terlihat telanjang didepan umum?
Andaikan social media sebuah tempat umum dimana didalamnya terdapat sekumpulan orang, apakah anda rela menangis sambil mengumbar kesedihan, apa anda tidak merasa canggung mengumbar kemesraan didepan orang-orang, apa anda tidak risih hanya memamerkan makanan anda tanpa membaginya, apa anda tidak takut bila anda sedang membawa uang cash yang cukup banyak dan anda menginfokannya kesemua orang yang belum tentu anda tahu siapa, risihkah anda bila didepan umum anda berteriak-teriak mengumumkan bahwasanya anda akan ibadah, dan masih banyak "status" yang harusnya direm untuk dipublikasikan.

Banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mengunggah sesuatu ke social media.

Silahkan berekspresi di social media, jangan bablas ya....


Baca Juga Over Sharing Dimedia Sosial

Path tanpa app


Pengguna path terbanyak digadang-gadang berasal dari Indonesia. Sosial media ini menjadi sangat booming dikalangan netizen Indonesia kemungkinan besar disokong oleh ekslusifitas pertemanan yang diusungnya. Path dilempar kepasaran hanya berbasis aplikasi, tanpa dukungan akses langsung melalui browser seperti halnya sosial media pada umumnya.
Untuk kamu yang mau mengakses pathvia browser di PC ataupun laptop bisa mengakses pathwebsite, dengan catatan kamu sudah terdaftar sebagai user path. Website path ini bukan bagian dari Path, inc. yang sekarang berada dibawah akuisisi Daum Kakao.
Website unofficial path ini adalah buatan anak Indonesia, Made in Bandung. Pernah diisukan melakukan pishing scam. UI yang ditampilkan pun tak jauh beda dari aplikasi path pada smartphone, aksesnya pun lancar, mungkin karena belum banyak yang tahu dan mengakses path melalui path unofficial.

Your friend or your family may not use smartphone. You may also too busy to see activity, update moment, reply moment to your friend on Path via Path app when you are working with computer. So that's why Pathwebsite is here for you.

 

afri Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger